Tiga orang ini adalah tokoh yang memberi pengaruh kuat kepada cerita Captain Tsubasa. Penampilan mereka berbeda, sangat berbeda. Gaya bermain mereka juga berbeda. Idealisme mereka terkadang bertabrakan. Duh, bahkan posisi mereka di lapangan juga berbeda. Tapi persamaannya adalah mereka sama-sama ditakdirkan untuk menjadi pemain hebat.
Dari kiri, Wakabayashi Genzo, Oozora Tsubasa, dan Hyuga Kojiro. |
Wakabayashi Genzo sudah dikenal secara nasional sebagai kiper jenius berkat kiprahnya membawa Shutetsu FC memenangkan pertandingan sepak bola tingkat SD se-Jepang, bahkan sebelum Tsubasa bergabung dengan Nankatsu FC. Start karir yang lebih awal dan pengalaman yang lebih banyak membuat Genzo merasa lebih baik dibandingkan Tsubasa yang di matanya masih seorang pemula. Oleh karenanya, Genzo cenderung meremehkan pemain lain dan mengucapkan kata-kata yang menyombongkan dia dan timnya. Dalam pertandingan pertama antara Shutetsu FC dan Nankatsu FC, Genzo melihat kemajuan dari Nankatsu FC karena masuknya Tsubasa ke dalam tim. Dengan bantuan dari Misaki, Tsubasa menciptakan golden duo Nankatsu yang membuat Genzo kecolongan gol. Genzo sempat akan meninggalkan pertandingan yang belum usai karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada yang berhasil menjebol gawangnya dan merusak sejarah pertahanannya yang sempurna. Tetapi setelah disadarkan oleh Mikami, Genzo menyadari keegoisan dan kebodohannya. Genzo mendapat banyak pelajaran moral dari Tsubasa. Kini Genzo lebih mudah membangun kepercayaan, penghormatan dan penghargaan terhadap orang lain. Genzo tidak main-main dengan impiannya, di antara teman-temannya dia adalah yang pertama mengembangkan karir sepak bola di luar negeri. Pada umur 13 tahun dia berangkat ke Jerman Barat dan hingga sekarang dikenal sebagai super great goal keeper.
Hyuga Kojiro adalah pemain kunci di Meiwa FC. Kemunculannya sebagai rival yang potensial tidak dibesar-besarkan melihat gaya bermainnya yang keras dan kasar. Keadaan ekonomi keluarganya yang kurang dari cukup mendorongnya banting tulang menjadi buruh kasar untuk menghidupi keluarganya. Sejak ayahnya meninggal dan ibunya sakit-sakitan, Kojiro bekerja sebagai tukang koran dan tukang angkut botol sepulang sekolah. Terhadap teman-temannya Kojiro sangat keras dan kurang toleran, akibatnya hubungan Kojiro dengan rekan satu timnya merenggang. Di saat pertandingan pun Kojiro tidak segan menggunakan kekuatan untuk menembus pertahanan tim lawan yang sering kali menyebabkan orang lain terluka. Tetapi di balik semua itu, Kojiro adalah kakak yang penyayang dan penuh tanggung jawab bagi ibu dan ketiga adiknya. Dengan bertanding melawan Nankatsu FC, Kojiro dipaksa untuk mengakui bahwa gaya bermainnya tidak akan selalu berhasil jika tidak dibarengi dangan kerja sama tim. Kojiro belajar untuk mendahulukan kepentingan tim daripada kepentingan pribadi dan tidak mengejar gengsi. Kojiro sangat nekat, demi sebuah gol dia bisa menembus blocking lawan menggunakan sundulannya hingga dahinya berdarah. Karena itu, pemain yang dikenal sebagai moko (sang macan) ini dipercayai sebagai ace striker oleh timnya. Kini Kojiro mengikuti jejak Genzo dan Tsubasa ke luar negeri untuk menjadi pesepak bola profesional di Italia.
No comments:
Post a Comment